Garisdata.com I Mandailing Natal — Sudah hampir seminggu pasca banjir besar melanda Sumatera Utara, Aceh, hingga Sumatera Barat. Namun di Mandailing Natal, kondisi justru seolah dibiarkan memburuk. Jalan provinsi dari Jembatan Merah menuju Simpang Gambir yang menjadi urat nadi transportasi ribuan warga rusak parah, amblas, dan sangat berbahaya. Ironisnya: tidak ada tindakan nyata dari pihak berwenang.
Sementara itu, listrik PLN masih gelap gulita, jaringan seluler mati total, dan BBM serta sembako semakin sulit ditemukan. Warga terjebak dalam kondisi darurat tanpa kehadiran pemerintah yang seharusnya sigap.
Di tengah kelumpuhan itu, Danramil 16 Batang Natal Kapten Inf Zamril mengambil langkah tegas dan cepat: turun tangan sendiri memperbaiki jalan provinsi yang amblas — sebuah tindakan yang menyentil keras karena pekerjaan itu bukan tugas TNI, tetapi akibat pembiaran yang terlalu lama.
Pada Selasa (02/12/2025), Kapten Zamril bersama para Babinsa menimbun dua titik rawan kecelakaan di:
Pisang Lidi, Desa Muara Parlampungan
Lubuk Kabaro, perbatasan Batang Natal–Lingga Bayu
Kedua titik ini merupakan akses vital masyarakat dari pesisir menuju pusat kabupaten. Ratusan kendaraan melintas setiap hari — petani, pedagang, pelajar, hingga kendaraan darurat. Namun kerusakannya dibiarkan seperti bukan urusan siapa pun.
“Kami tidak mungkin menunggu, karena masyarakat yang mempertaruhkan nyawa di jalan ini,” tegas Kapten Zamril.
Langkah cepat ini menunjukkan kontras mencolok: ketika instansi lain sibuk rapat dan koordinasi berkepanjangan, TNI memilih langsung bergerak agar masyarakat tetap memiliki jalur transportasi yang aman.
Warga pun mengapresiasi tindakan tersebut. Banyak menilai bahwa pemerintah terkesan menutup mata.
“Ini jalan utama kami, bukan jalan kebun. Tapi dibiarkan rusak seperti tidak ada pejabat yang peduli,” ujar salah seorang warga dengan nada kesal.
Akses jalan provinsi bukan hanya sekadar jalur lalu lintas — ini adalah nadi ekonomi, pendidikan, dan distribusi pangan masyarakat Mandailing Natal. Begitu akses rusak, seluruh kehidupan warga pun ikut lumpuh.
Dengan listrik masih padam dan komunikasi terputus, perbaikan darurat yang dilakukan TNI menjadi satu-satunya kepastian yang bisa dirasakan masyarakat di tengah ketidakpastian.
Masyarakat kini menunggu, bukan lagi janji, tetapi kehadiran nyata dari pemerintah provinsi maupun kabupaten untuk memperbaiki kerusakan jalan secara permanen dan mengakhiri penderitaan akibat terputusnya akses transportasi utama ini.(M.SN)





