... ...
Senin, Desember 8, 2025
IKLAN ADA DISINIspot_img
BerandaArtikelBRUTUS–BRUTUS DI TANAH INI: PENGKHIANATAN YANG TERUS DIWARISKAN
CSS Marquee Effect Example

SELAMAT DATANG DI WEBSITE BERITA GARISDATA.COM IKUTI KAMI UNTUK MENGETAHUI PERKEMBANGAN BERITA DAERAH ANDA

spot_img

BRUTUS–BRUTUS DI TANAH INI: PENGKHIANATAN YANG TERUS DIWARISKAN

BRUTUS–BRUTUS DI TANAH INI: PENGKHIANATAN YANG TERUS DIWARISKAN

Oleh : H. Syahrir Nasution SE, MM Gelar Sutan Kumala Bulan.

Garisdata.com l Medan –Sejarah dunia menyimpan banyak kisah kelicikan manusia, tetapi sedikit yang seikonik pengkhianatan Brutus kepada Julius Caesar. Tikaman itu bukan hanya membunuh seorang pemimpin besar Romawi, tetapi juga memahat satu pelajaran abadi: bahaya terbesar sering datang dari orang terdekat.

Dan hari ini, pelajaran itu kembali relevan—terlalu relevan—di negeri ini.

Wajah-Wajah Manis yang Berubah Menjadi Pisau
Indonesia tidak miskin pengkhianat moral. Kita bahkan memiliki generasi “Brutus baru” yang berkembang lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional.

Mereka yang dulu merapat, tersenyum, mengangguk, memuji, bahkan mem-proklamirkan loyalitas, tiba-tiba berubah begitu angin kekuasaan bergeser sedikit saja.

Kesetiaan bagi mereka bukan prinsip—melainkan strategi bertahan hidup.
Komitmen bukan nilai—melainkan alat tawar-menawar.
Dan integritas tidak lebih dari kostum, yang dilepas ketika tidak lagi menguntungkan.

Brutus–Brutus lokal ini tidak menunggu waktu untuk mengubah posisi. Begitu tanda bahaya muncul, mereka adalah yang pertama melompat meninggalkan kapal, bahkan sebelum nakhoda tahu kapal sedang bocor.

Sindrom Penguasa Palsu: Merasa Radja, Berperilaku Seperti Tiran
Di sisi lain, ada pula mereka yang merasa dirinya “radja”—padahal hanya numpang duduk di kursi kekuasaan sementara.
Mereka hidup dalam ilusi superioritas; merasa paling benar, paling kuat, paling suci dari kritik.

Sifat semacam itu mengubah ruang kekuasaan menjadi ladang kesombongan.
Dan dari kesombongan itu lahirlah kehancuran.

Penguasa yang gagal membaca situasi justru memberi kesempatan terbaik bagi para Brutus untuk mengasah pisau. Ironisnya, yang paling keras ditikam adalah mereka yang sebelumnya paling keras dipuja. Sejarah tidak berubah—yang berubah hanya nama dan tempatnya.

Moral yang Runtuh, Nafsu yang Menguasai
Jika ada akar masalahnya, ia terletak pada runtuhnya standar moral publik, Kita hidup dalam suasana di mana:

kepentingan dijunjung lebih tinggi dari kebenaran, ambisi lebih kuat dari akal sehat,
keselamatan diri lebih penting dari prinsip,
dan dunia dianggap lebih besar dari akhirat.
Kita sedang menyaksikan generasi yang rela berlutut di depan kekuasaan dan berdiri gagah di atas kebenaran. Generasi yang pandai membaca situasi, tetapi tuli terhadap nurani.

Dan inilah generasi yang melahirkan pengkhianatan tanpa rasa bersalah.

Allah Tidak Pernah Tidur – Tapi Manusia Sering Pura-Pura Tidak Tahu Dalam pusaran ini, ada satu hukum yang tak bisa dinegosiasikan:
Allah SWT tidak pernah tidur.

Setiap pengkhianatan yang disembunyikan, setiap permainan yang disamarkan, setiap tikaman yang ditutupi senyum palsu—semuanya dicatat. Manusia mungkin bisa menipu publik, wartawan, lembaga, bahkan hukum, tetapi mereka tidak bisa menipu Catatan Langit.

Siapa yang membangun kekuasaan dengan tipu daya? Akan hancur oleh tipu dayanya sendiri.

Siapa yang mengkhianati? Akan dikembalikan pengkhianatan itu kepadanya.

Dan siapa yang menyembunyikan kebenaran demi kenyamanan? Akan menyaksikan bagaimana kebenaran itu bangkit tanpa meminta izin dari siapa pun.

Kebenaran Hanya Dipenjara Sementara
Kebenaran bisa dipukul, bisa disalahkan, bisa difitnah, bisa dipinggirkan—tetapi tidak bisa dimatikan, Ia hanya dipenjara sementara.

Saat waktunya tiba, kebenaran akan muncul, bahkan dari celah yang paling kecil, dari tempat yang paling tak terduga, dan dengan cara yang paling tidak bisa dibendung.

Dan ketika ia muncul, tidak ada Brutus, tidak ada strategi politik, tidak ada ilusi kekuasaan yang bisa menghalanginya.

Akhirnya…
Brutus–Brutus di negeri ini akan terus lahir. Itu fakta. Tetapi sejarah membuktikan:

Pengkhianat mungkin menang sesaat,
tetapi mereka tidak pernah memenangkan akhir cerita.

Kemenangan tetap milik kebenaran—dan kebenaran tetap berada di bawah kuasa Allah Yang Maha Mengetahui.

Aamiin.

(M.SN)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Video Singkat

IKLAN

spot_imgspot_img
spot_imgspot_img
spot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments